Menjalin Hubungan Antar Pemuda


BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis (suku bangsa) dan keyakinan agama. Pada satu sisi, kemajemukan budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang sangat bernilai, namun pada sisi yang lain, pluralitas kultural tersebut memiliki potensi terjadinya disintegrasi atau perpecahan bangsa. Pluralitas kultural seringkali dijadikan alat untuk memicu munculnya konflik suku, agama, ras dan antara golongan (SARA), meskipun sebenaranya faktor–faktor penyebab dari pertikaian tersebut lebih pada persoalan–persoalan ketimpangan ekonomi, ketidakadilan sosial dan politik (Rahardjo, 2005 : 1).
            Indonesia mencatat puluhan bahkan ratusan perselisihan antar kelompok etnik sejak berdirinya. Meskipun demikian hanya beberapa yang berskala luas dan besar. Selain konflik antara etnik-etnik yang digolongkan asli Indonesia dengan etnis Cina yang laten terjadi, konflik antar etnik yang terbesar diantaranya melibatkan etnik Madura dengan Etnik Dayak di Kalimantan yang terkenal dengan tragedi Sambas dan tragedi Sampit. Konflik-konflik dalam skala lebih kecil terjadi hampir setiap tahun di berbagai tempat di penjuru tanah air.
Bangsa ini bangkit dan merdeka karena jiwa dan semangat juang para pemuda Indonesia yang pada saat itu sangat mengebu, karena kecintaan dan tekatnya ingin memajukan bangsa dan berdiri tanpa ada jajahan, berjuang ratusan tahun lamanya dijajah oleh bangsa asing yang tidak mempunyai rasa kepribadian dan prikemanusian. Maka dari itu para pejuang pemuda bangsa ini kala itu memeras keringat darah untuk memperjuangkan tanah air tercinta.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Devinisi_Pemuda
     
   Pemuda adalah jiwa seseorang insan manusia yang memiliki ketangguhan dan semangat yang tinggi dalam memperjuangkan revolusi dan renovasi peradaban bangsanya menuju arah yang lebih baik dan tentram. Dengan kecerdasan intelektualnya, dia dapat melihat segala bentuk permasalahan secara menyeluruh sehingga sering muncul ide-ide brilian sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Dengan ketajaman mata hatinya, dia dapat melihat celah-celah kenistaan dan kekejian yang ada disekitarnya untuk segera ia perbaiki menjadi celah-celah yang mengeluarkan sinar kebaikan. Dengan kekuatan fisiknya, dia dapat melumpuhkan mesin-mesin tirani dan monster-monster kebiadaban yang senantiasa menghancurkan sendi-sendi keadilan dalam masyarakat. Dengan keceriaan wajahnya, ia dapat menghibur lingkungan sekelilingnya dengan lampu-lampu kebahagiaan. Dengan kebersihan hatinya, dia senantiasa melakukan apa yang menurutnya terbaik bagi bangsa dan agamanya tanpa putus asa, pamrih dan pantang menyerah. Dengan kekuatan spiritualnya, dia meyakini segala upaya pengorbanan merupakan aktivitas ibadah yang akan menjadi batu bata Istananya di surga kelak. Dengan segenap potensi yang dimilikinya  dan kekuatan ini, dia merupakan matahari yang siap mengeluarkan energi terbesarnya untuk mengawali secercah sinar kebangkitan bagi bangsa dan nusa. Sebagaimana sebuah pepatah bahasa Arab, ‘Kebangkitan dari sebuah bangsa terletak pada telapak tangan para pemuda-pemudanya’. Banyak manuskrip-manuskrip tempo dulu yang melukiskan tindakan-tindakan heroik pemuda dalam melakukan sebuah revolusi, renovasi, dan rekonstruksi peradaban bangsanya. Sebut saja, seperti dr Sutomo dan dr Wahidin Sudirohusodo, tokoh pemuda, yang mendirikan pergerakan Budi Oetomo. HOS Cokroaminoto, pendiri Sarekat Islam, adalah orang-orang muda pada zamannya. Bung Karno dan Bung Hatta memimpin rakyat Indonesia menuju kemerdekaan pada usia yang masih muda pula, sekitar 44 dan 43 tahun. Revoulsi Perancis yang menumbangkan kekuasaan monarki dan gereja juga dipelopori oleh kaum intelektual muda. Di Rusia, Revolusi Bolsevik menumbangkan Tsar Nicholas II beserta Dinasti Romanov. Revolusi Hongaria meletus di tangan para pemuda dan mahasiswa yang menetang pendudukan Uni Soviet dan pemerintahan boneka. Eropa Barat jugamenyaksikan gelombang gerakan pemuda dan mahasiswa sepanjang tahun 60-an: mahasiswa Spanyol bangkit menentang diktator Jenderal Franco pada 1965;hal yang sama juga terjadi di Perancis, Italia, Belgia, dan negara Eropa lainnya. Di dunia Islam Asia-Afrika, para mahasiswa dan pemuda bangkit mempelopori perlawanan terhadap penjajah di sepanjang paruh pertama abad ke-20 sampai tahun 70-an. Para pemudalah yang terlibat dalam Revolusi Aljazair 1954, mengenyahkan Perancis dari tanah itu. Mereka juga berhasil mengusir Inggris dari Mesir. Sejak 1987 hingga sekarang, anak-anak muda bahkan yang masih bocah, telah meletuskan gerakan intifadhah melawan penjajahan Israel di Palestina (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Keynote Speech dalam Kebangkitan Kembali Pemuda Indonesia 1908-2008). Dunia maya pun mengakui bahwa gerakan heroik menuju sebuah perubahan yang baik selalu dilakoni oleh sosok kumpulan anak-anak muda. Sebut saja, seperti Power Rangers, Batman, Spiderman, Fantastic Four, X-Man, dan Kura-Kura Ninja. Semua karakter yang ada dilakoni oleh pahlawan-pahlawan muda dalam dunia maya, bukanlah golongan tua. Bukan berarti bahwa golongan tua tidak berperan penting disini. Golongan tua berperan dalam menasehati kaum muda dan mengarahkan kaum muda kepada jalan yang benar dengan sejuta pengalaman yang pernah dirasakan.

B. Pemuda_Indonesia

      Pemuda dalam pengertian aalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda diperinci dan tersurat dengan pasti. Ditinjau dari kelompok umur, maka pemuda Indonesia adalah sebagai berikut :
Masa_bayi       :0– 1tahun 
Masa_anak      :1–12tahun
Masa_Puber     :12–15tahun
Masa_Pemuda :15–21tahun
Masa_Dewasa :21tahunkeatas
Diliaht dari segi budaya atau fungsionalya maka dikenal istilah anak, remaja dan dewasa, dengan perincian sebagia berikut :
Golongan_anak            :0–12tahun
Golongan_remaja         :13–18tahun
Golongan_dewasa        :18(21)tahunkeatas
Usia 0-18 tahun adalah merupakan sumber daya manusia muda, 16 – 21 tahun keatas dipandang telah memiliki kematangan pribadi dan 18(21) tahun adalah usia yang telah diperbolehkan untuk menjadi pegawai baik pemerintah maupun swasta
Dilihat dari segi ideologis politis, generasi muda adalah mereka yang berusia 18 30 40 tahun, karena merupakan calon pengganti generasi terdahulu. Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga serta ruang lingkup tempat pemuda berada terdiri atas 3 katagori yaitu :
  1. siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk di bangku sekolah
  2. Mahasiswa usia antara 18 25 tahun beradi di perguruan tinggi dan akademi
  3. Pemuda  di  luar  lingkungan  sekolah  maupun  perguruan  tinggi  yaitu mereka yang berusia 15 30 tahun keatas.
Akan          tetapi,   apabila melihat  peran    pemuda            sehubungan       dengan pembangunan, peran itu dibedakan menjadi dua yaitu
1.      Didasarkan  atas  usaha  pemuda  untuk  menyesuaikan  diri  dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan jalan menaati tradisi yang berlaku
2.      Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan  lingkungan.

Peran pemuda jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama jenis  pemuda  “pembangkit”  mereka  adalah  pengurai           atu  pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ktu mengubah  masyarakat  dan  kebudayaan.  Kedua  pemuda  pdelinkeun atau pemuda nakal. Mereka tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat, tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan tidnakan menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam kenyataannya merugikan. Ketiga, pemuda radikal. Mereka berkeinginan besar untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner.
            Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial.  Artinya  beretika,  bersusila,  dijadikan  sebagai  barometer moral kehidupan bangsa dan pengoreksi. Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak dapat  erdiri    sendiri, hidup bersama-sama,    dapat  menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan pandangan hidup yang  dianut masyarakat.
            Sebagai makhluk individual       artinya    tidak melakukan  kebebasan  sebebas-bebasnya,  tetapi  disertai  ras  tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan Yang maha Esa.

C. Sosialisasi_Pemuda

       Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akna terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan       hidupnya. Dengan         demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia  mesti   bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan  budayanya.  Dari  keadaan  tidak  atau  belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya degnan sistem sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan  kedirian  dan  kepribadian  seseorang.  Kedirian  (self)  sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian:
  1. Dalam  proses  sosialisasi  mendapat  bayangan  dirinya,  yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan      dirinya.
Misalnya           ia          tidak     disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, dia disayangi, baik budi dan dapat dipercaya
  1. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal.

Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial
       Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, makhluk individual bagi pemuda.
Sedangkan hubungan pemuda dalam individu, keluarga, dan masyarakat adalah sebagai berikut:
  1. Sebagai individu

            Pemuda sebagai individu adalah orang yang sejak lahir sudah mempunyai cirri-ciri klhas watak seorang ondividu yang konsisten danmemberikan identitas yang khusus bagi para pemuda untuk membentuk suatu kepribadian yang dimilki para pemuda.

  1. Keluarga
            Hubungan pemuda denagn keluarga sangat erat sekali setelah individu sudah melekat dihati para pemuda , keluarga juga sangat juga berpengaruh terhadap para pemuda karena sejak lahir para pemuda sudah berhadapan dengan anggota keluarga, ayah dan ibu terutama keluarga juga merupakan pendidikan atau guru yang pertama bagi individu dan membentuk sikap-sikap individu terhadap para pemuda untuk menciptakan para pemuda menjadi pemuda yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan mempunyai perilaku yang baik.
  1. Hubungan pemuda dan masyarakat
            Kita telah kita ketahui bahwa masyarakat terdiri dari berbagai etnis, kelompok, dan aturan, belum tentu juga aturan setiap pemuda dimasyarakat itu sama atau memiliki norma yang sejalan, kadang juga masyarakat yang satu membolehkan pemuda dan ada juga masyarakat yang tidak membolehkan pemuda. Demikian pula sosialisasi dari pemuda yang bersalakan dari masyarakat perkotaan dan pedesaan yaitu hubungan yang rasional impersonal yang tidak intim pada masyarakat kota sebaliknya tidak rasional, personal dan intim pada masrakat pedesaan, artinya para pemuda harus mengerti norma dan peraturan yang ada didalam semua masyarakat sehingga para pemuda tidak melakukan hal – hal yang tidak baik dan dapat mencegah pertengkaran antar pemuda yang berbeda dari masyarakat.

            Contoh Kasus Penyimpangan Pemuda beserta solusinya:
Masih teringat di benak kita bahwa dalam kasus yang sering diekspose ke public oleh beberapa media massa tentang kekerasan yang dilakukan oleh pemuda yang berprofesi sebagai di STPDN di saat Orientasi Pengenalan Kampus merupakan salah satu kesalahan yang fatal di lingkungan akademisi kampus tersebut. Kenapa tidak? Mahasiswa yang harusnya menjadi agent 0f intellectual, serta agent of change perubahan negeri ini malah memberikan contoh yang tidak baik.
KEKERASAN tampaknya sudah semakin akrab dengan dunia mahasiswa kita. Selain kematian Wahyu Hidayat, mahasiswa STPDN, kekerasan juga sering terjadi dalam tawuran antarmahasiswa, baik berbeda perguruan tinggi maupun sesama mahasiswa pada perguruan tinggi yang sama.

            Kekerasan dan pelecehan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini, bukanlah sesuatu yang muncul dengan tiba-tiba. Namun, semua itu telah tertanam kuat sejak dulu sebelum kemudian akhirnya meledak. Sebagai contoh, masyarakat yang pernah mengenyam dunia pendidikan tentu masih ingat benar dengan istilah MOS (Masa Orientasi Siswa) atau OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus) dengan berbagai nama lainnya. Kedua kegiatan tersebut senantiasa dilakukan setiap tahun untuk menyambut siswa dan mahasiswa baru. Tujuan awalnya adalah untuk memberikan pembekalan, baik materi maupun pengenalan lingkungan sekolah atau kampus kepada siswa maupun mahasiswa baru. Hal ini dianggap penting untuk membantu proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama. Sayang, dalam pelaksaannya kedua kegiatan ini justru mengalami penyimpangan tujuan.

D. Hubungan Antara Pemuda
 Sosialisasi adalah proses dimana seorang individu melakukan interaksi dengan makhluk lainnya dengan cara berkomunikasi.Setiap individu sangat memerlukan komunikasi  yang baik dengan individu lain untuk menciptakan hubungan yang mutualisme dan hubungan yang tentram.
Sebagai generasi penerus bangsa kita memerlukan komunikasi yang sangat baik terhadap orang lain bahkan yang berlainan suku,adat bahkan negara sekalipun.Tujuan dari proses sosialisasi ini adalah untuk menjalin kerjasama yang baik antar negara di dunia. Akan tetapi, apabila melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan, peran itu dibedakan menjadi dua yaitu:
1.      Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan jalan menaati tradisi yang berlaku di setiap saat.
2.      Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan. Peran pemuda jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu :

Pertama jenis pemuda “pembangkit” mereka adalah pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ikut mengubah masyarakat dan kebudayaan.
Kedua pemuda “delinkeun” atau pemuda nakal. Mereka tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat, tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat yang melakukan melakukan tindakan menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam kenyataannya merugikan. Ketiga, pemuda radikal. Mereka berkeinginan besar untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner.


Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral dan mahluk sosial. Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan pengoreksi. Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak dapat berdiri sendiri, hidup bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan pandangan hidup yang dianut masyarakat. Sebagai makhluk individual artinya tidak melakukan kebebasan sebebas-bebasnya, tetapi disertai ras tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan Yang maha Esa.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi dari orang lain di luar dirinya. Dan kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1.      Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dari dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain bagaimana  memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dan dapat dipercaya
2.      Dalam proses sosialisasi juga membentuk kesendirian  yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan yang baik dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial yang ada
Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, makhluk individual bagi pemuda.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan

Ø      Pemuda adalah jiwa seseorang insan manusia yang memiliki ketangguhan dan semangat yang tinggi dalam memperjuangkan revolusi dan renovasi peradaban bangsanya menuju arah yang lebih baik dan tentram. Dengan kecerdasan intelektualnya,
Ø      Pemuda dalam pengertian aalah manusia-manusia muda, akan tetapi di Indonesia ini sehubungan dengan adanya program pembinaan generasi muda pengertian pemuda diperinci dan tersurat dengan pasti. Ditinjau dari kelompok umur
Ø      Peran pemuda jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama jenis  pemuda  “pembangkit”  mereka  adalah  pengurai     atu  pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ktu mengubah  masyarakat  dan  kebudayaan.  Kedua  pemuda  pdelinkeun atau pemuda nakal
Ø      proses sosialisasi, seorang pemuda akna terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan       hidupnya. Dengan         demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia  mesti   bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan  budayanya.  

B.     Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, maka penyusun sangat mengarapkan respon dari para teman – teman mahasiswa ataupun dari dosen dan saran konstruktif dari siapapun datangnya, demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat adanya, khususnya bagi penyusun sendiri, dan umumnya para pembaca lainnya.
Amin ya mujibassailiiin.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Drs. Mukhtar MA, Kebudayaan Indonesia, PT.Laksman Mandiri, Jakarta 2001
2.      Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (2003). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Pusat data dan Informasi Pendidikan, Balitbang Depdiknas.\
3.      Noordin, MA, Pemuda Bangsa Indonesia, Remaja Rosda Karya,
Bandung 1999.
4.      Musalamah Sahfitri, Pemuda Pengerak bangsa, PT. Karya Bangsa,
Bandung 2004.

1 komentar:

{ "Hafiz JM" } at: 18 Juni 2012 pukul 06.14 mengatakan...

Semoga Bermanfaat

Posting Komentar

 

"Hafiez JM" © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers